Let's Write !!!

ILMU KOMUNIKASI (Pengantar)


 
A.      Hakikat dan Definisi Komunikasi
Dilihat dari etimologi kata komunikasi atau Communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin Communis yang berarti “sama”, Communico, Communicatio, atau Communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip.[1] Kemudian kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap.[2]
Effendi (2000; 9) menjelaskan istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.[3] Jadi dari segi bahasa komunikasi akan berlangsung jika ada kesamaan makna bahasa. Semakin banyak kesamaan antara sumber pesan dan penerima pesan maka semakin baik pula kualitas komunikasi yang sedang berlangsung.
Adapun menurut istilah sebagaimana yang disampaikan Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna. Dan menurut Diana K. Ivy dan Phil Backlund komunikasi adalah proses yang terus berlangsung dan dinamis menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagi makna. Sedangkan menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss mendefinisikan komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.[4]  Adapun menurut James G. Robbins dan Barbara S. Jones komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna.
Jadi kesimpulannya adalah komunikasi adalah proses saling pertukaran informasi yang berlangsung secara dinamis dengan tujuan untuk berbagi makna tentang informasi tersebut. Komunikasi ini memberikan porsi penuh pada proses kedinamisan menerima dan mengirim pesan. Selain itu berbagi makna merupakan tujuan utama dalam komunikasi yang di apresiasikan lewat umpan balik.
Dante menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level observation), atau derajat keabstrakannya. Misalnya, definisi komunikasi sebagai “proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan” adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai “alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya lewat telepon, telegraf, radio kurir dan sebagainya” terlalu sempit. Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian definisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja; sedangkan sebagian definisi lainnya tidak menuntut syarat ini. Dan dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu.[5]
Littlejohn mengemukakan perdebatan mengenai definisi komunikasi pada awal 1999-an diantara beberapa teoritikus komunikasi. Perdebatan ini menyoroti sembilan jenis perilaku yang dianggap komunikasi. Komunikasi ini ditentukan oleh sumber dan persepsi penerima. Pertanyaan kuncinya adalah : pertama, apakah komunikasi harus disengaja ? kedua, apakah komunikasi harus diterima ?[6]
Perilaku Penerima
Perilaku Sumber
Perilaku
Tidak Disengaja
Perilaku
Disengaja
Simtom[7]
Nonverbal
Verbal
Tidak Diterima
1A
Perilaku Simtomatik
tidak dipersepsi
2A
Pesan nonverbal
Tidak dipersepsi
3A
Pesan verbal
Tidak dipersepsi
Diterima
Secara insidental
1B
Simtom diperspsi
Secara insidental
2B
Pesan nonverbal
Insidental
3B
Pesan verbal
Insidental
Diperhatikan
1C
Simtom diperhatikan
2C
Pesan non verbal
Diperhatikan
3C
Pesan verbal
diperhatikan
FIGUR 2.3 Perilaku-perilaku yang berhubungan dengan komunikasi
SUMBER : Stephen W. Littlejohn . Theories of Human Communicationi.Edisi ke-5. Belmont: Wadshworth, 1996, hlm 6.[8]

1A.   Perilaku simtomatik yang tidak dipersepsi – anda menguap, namun tak seorangpun melihat itu. (kebanyakan orang setuju itu bukan komunikasi. Sekurang-kurangnya hal itu, bukan komunikasi antar pribadi, namun sebagian orang mungkin menyebutnya komunikasi intrapribadi)
1B. Simtom yang dipersepsi secara insidental – anda manguap,namun kawan anda menyadari kemudian bahwa anda lelah meskipun ia tidak memperhatikannya tadi.
1C. Simtom yang diperhatikan – anda menguap, dan kawan anda berkata, “apakah saya begitu membosankan ?”
2A. Pesan nonverbal yang tidak diterima – anda melambaikan tangan, namun ia tidak melihat anda.
2B. Pesan nonverbal insidental – kawan anda kemudian berkata, “maafkan saya tidak membalas lambaian tangan anda, tetapi saya sedang memikirkan hal lain dan tidak menyadari bahwa anda melambaikan tangan sampai saya berbelok”.
2C.  Pesan nonverbal yang diperhatikan – anda melambaikan tangan kepada seorang kawan, dan ia membalas lambaian tangan anda.
3A. Pesan verbal yang tidak diterima – anda mengirimkan sepucuk surat kepada seorang kawan, namun surat itu hilang dalam perjalanan.
3B.  Pesan verbal insidental – anda mengoceh kepada putri anda karena kamarnya berantakan, dan meskipun ia tahu anda sedang berbicara kepadanya, ia tidak begitu memperhatikan anda.
3C.  Pesan verbal yang diperhatikan – anda menyampaikan pidato kepada sekelompok orang yang senang mendengarkan apa yang anda katakan.[9]
Adapun definisi komunikasi dapat dilihat dari aspek konseptualisasi komunikasi : Komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai tindakan interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. Pertama, komunikasi satu arah adalah komunikasi yang mengisyaratkan pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada sesorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi.[10]Kedua, komunikasi sebagai interaksi adalah komunikasi yang saling mempengaruhi (mutual influence)[11]. Pandangan ini merupakan interaksi yang menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian.
Ketiga, komunikasi sebagai transaksi adalah komunikasi yang prosesnya terus berlangsung dan dinamis menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagai makna. Komunikasi ini tidak dibatasi oleh sebuah konsep kesengajaan. Bahkan setiap gerak ataupun aktifitas punya makna. Maka dari itulah komunikasi ini bersifat intersubyektif.

B.       Proses Komunikasi
Menurut definisi dia atas komunikasi adalah proses, sebuah kelangsungan yang bersinambungan yang dinamis. Sehingga dalam kelangsungan komunikasi membutuhkan media sebagai perantara untuk menyampaikan pesan. Maka proses komunikasi dibagi menjadi dua tahap, yaitu primer dan sekunder.
1.         Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.[12] Pada tahap ini pesan yang disampaikan komunikator terhadap komunikan terdiri dari pesan dan lambang. Namun dari segi jenisnya pesan yang disampaikan melalui kata-kata mengandung dua jenis pengertian. Yaitu pengertian denotatif, yaitu pesan yang mengandung arti sebagaimana tercantum dalam kamus umum dan diterima secara umum oleh banyak orang. Sedangkan yang selanjutnya adalah pengertian konotatif, yaitu pesan yang yang mengandung pengertian emosional atau mengandung penilaian tertentu. Misalnya perkataan jangkrik. Secara denotatif jangkrik adalah pesan yang menunjukkan pengertian hewan serangga yang dapat berbunyi “krik-krik”. Namun secara konotatif jangkrik dapat pula menjadi simbol dari makna kemarahan atau sapaan keakraban.
Selanjutnya lambang-lambang ini dapat diklasifikasikan sebagai lambang verbal dan nir verbal.
a.    Komunikasi verbal adalah bahasa yang mampu menyatakan pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain mengenai hal yang konkret mauun abstrak yang tidak mungkin dapat diaungkapkan dengan lambang-lambang lain.[13]
b.    Komunikasi nir verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.[14] Adapun ragam dari komunikasi noir verbal antara lain : kian atau gesture (gerak-gerik) atau bahasa tubuh, gambar dan warna.[15]
2.         Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.[16] Komunikasi sekunder ini dilakukan karena komunikan sebagai sasaran komunikasi berada dalam jarak yang realtif jauh dan jumlahnya juga banyak, sehingga membutuhkan media kedua yang sanggup menjangkau komunikan tersebut. Adapun proses komunikasi ini menggunakan media yang bisa diklasifikasikan kedalam media massa (mass media), media nirmassa atau non massa (non mass media).[17]
Pada proses komunikasi terdapat ramuan-ramuan yang mesti di ingat, yaitu :
1.         Adanya pengirim (sender), yang menjadi sumber pesan
2.         Adanya tujuan dalam komunikasi
3.         Ide yang ada dalam komunikasi itu di enkodekan, diubah manjad lambang-lambang dan tanda-tanda
4.         Lambang atau tanda tersebut disalurkan melalui suatu saluran.
5.         Penerima mengadakan dekode terhadap lambang atau tanda itu dengan memberikan makna atau arti.
6.         Jika pengirim dan penerima sama-sama mempunyai tingkatan pengalaman yang bersama yang serupa maka kesempatan akan lebih baik, bahwa mereka juga akan sama-sama mempunyai arti yang dimaksudkan oleh pengirirm pesan.
7.         Feed-back atau umpan balik adalah apa yang terjadi sebagai suatu akibat atau hasil dari komunkasi itu, dan merupakan cara atau jalan yang terutama bagi kita untuk memeriksa atau melihat apakah pesan itu dimengerti.[18]
Adapun skema proses komunikasi sebagai berikut :


 Proses Komunikasi[19]

C.      Unsur-Unsur Komunikasi
Dalam konsep ini terdapat lima unsur yang yang saling bergantung sama lain, yakni :
1.     Sumber, pengirim, penyandi, komunikator, pembicara atauu originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk komunikasi.
2.  Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal maupun non verbal yang digunakan yang mewakili perasaan, nilai gagasan atau maksud sumber tadi.
3.       Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal maupun non verbal.
4.     Penerima, sasaran tujuan, komunikate, penyandi balik atau khalayak, pendengar atau penafsir. Yakni orang yang menerima pesan dari sumber.
5.         Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. [20]

D.      Fungsi dan Tujuan Komunikasi
Menurut William I. Gorden yang dikutip oleh Mulyana, (2010 : 5) menyatakan bahwa fungsi komunikasi adalah :  fungsi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan komunikasi instrumental, tidak saling meniadakan.[21]
1.         Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisayaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep pengembangan diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketergantungan, antara lain lewat komunikasi menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.[22]
a.       Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri adalah pendangan kita tentang siapa diri kita yang hal ini hanya bisa diperoleh lewat informasi dari orang lain. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain akan tidak menyadari dirinya sebagai manusia. Lewat bahasa verbal maupun non verbal orang yang berada disekeliling kita menyatakan diri kita sebagai manusia dengan sebutan “si tampan”, “si dungu” dan lain sebagainya.
George Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinyamelalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. Jadi kita mengenal diri kita lewat orang lain yang menjadi cermin yang memantulkan bayangan kita.[23]
Konsep diri yang paling umum adalaha dipengaruhi oleh keluarga, dan orang yang berada disekitar kta, termasuk kerabat. Orang yang pertama kali memelihara kita, mengatakan kepada kita lewat ucapan dan tindakan mereka untuk menunjukkan kita baik, bodoh, cerdas, nakal rajin dan lain-lain. Merekalah yang mengajari kita kata-kata. Kita adalah kertas putih yang dapat mereka tulis apa saja sesuai dengan kehendak mereka. Dalam arti kita adalah ciptaan mereka.

Konsep pembentukan konsep diri dapat digambarkan secara sederhana, sebagai berikut[24] :



Figur Proses Pembentukan Konsep Diri
Sumber : Robert Hopper dan Jack L. Whitehead, Jr. Communication Concept and Skills. New York : Harper & Row, 1979, hlm 152
b.      Pernyataan Eksistensi Diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis inilah yang disebut dengan aktualisasi diri atau lebih tepatnya lagi pernyataan eksistensi diri.[25] Fungsi komunikasi ini seringkali kita lihat dalam seminar, dialog, kuliah umum. Peserta forum berebut angkat tangan untuk bertanya, interupsi, menjawab dan lain sebagainya. Sebab bila terdapat salah satu anggota forum yang tidak bersuara, maka keberadaannya dalam forum tidak akan dianggap oleh peserta yang lain dan peserta yang mengharap agar si pendiam tidak berbicara. Bahkan meskipun dia berbicara namun pembicaraan tersebut akan diremehkan oleh peserta yang lain.
c.       Untuk Kelangsungan Hidup, Memupuk Hubungan dan Memperoleh Kebahagiaan.
Manusia sejak lahir membutuhkan komunikasi untuk memenuhi segala kebutuhannya sehingga dapat mempertahankan hidup dan resisten. Abraham maslow mengungkapkan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap orang antara lain : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, aktualisasi diri, kasih sayang dan penghargaan. Pemenuhan kebutuhan dasar ini kemudian yang dapat menjadikan kelangsungan hidup manusia menjadi baik.
Komunikasi sosial juga menunjukkan bahwa komunikasi berguna untuk memumupuk hubungan. Hal ini bertujuan untuk pemenuhan diri, merasa terhibur, nyaman dan tentram dengan diri sendiri dan juga orang lain.
Selain itu komunikasi dengan orang lain dapat membuat kita dapat memenuhi kebutuhan intelektual dan emosional kita dengan memupuk hubungan yang baik dengan orang lain. Sebab orang yang tidak mendapatkan kebahagiaan dan kasih sayang dari orang lain yang berada disekelilingnya nantinya dapat membentuk sikap agresif dan selanjutnya dapat membuat kekerasan menjadi alternatif dalam bersikap dengan orang lain.
2.         Komunikasi Ekspresif
Erat kaitannya dengan komunikasi sosiap adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian maupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan non verbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, sempati, gembira sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata namun terutama lewat perilaku non verbal.[26]
3.         Komunikasi Ritual
Erat kaitannya komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual yang biasanya dilakukan secara kolektif. Namun komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang contohnya orang menziarahi makam nabi muhammad saw untuk menunjukkan kecintaannya kepadanya.
Kemudian Komunikasi ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok. Ritual menciptakan perasaan tertib (a sense of order) dalam dunia yang tanpanya kacau balau. Ritual memberikan rasa nyaman akan keteramalan (a sense of predictability).[27]
4.         Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum : menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga menghibur. Bila diringkas maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicaraan menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui. Misalnya ketika terdapat seorang ibu yang baru saja pulang kerumahnya. Kemudian berkata kepada anaknya “ duch kotor sekali rumah ini . . . ! ”, pernyataan ini berfungsi untuk membujuk anak-anaknya untuk membersihkan rumah.
Meskipun kita dapat membedakan fungsi-fungsi komunikasi itu, suatu peristiwa komunikasi itu seseungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi yang tumpang tindih. Meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi[28]. Misalnya perayaan idul fitri yang dirayakan oleh seluruh umat islam mempunyai keempat fungsi tersebut. Acara televisi dapat memiliki fungsi komunikasi yang berlapis-lapis : yang menghibur bisa mendidik dan mendidik pun bisa menghibur sekaligus menerangkan dan memberi informasi bahkan membujuk kita secara halus.

E.       Prinsip-Prinsip Komunikasi
Ada banyak pakar yang menjelaskan tentang prinsip-prinsip komunikasi melalui bahasa yang lain. Antara lain : Asumsi komunikasi (William B. Gudykunst dan Young Yun Kim), karakteristik-karakteristik komunikasi (Cassandra L.Book, Bert E Bradley, Larry A Samovar dan Richard E. Porter, Sarah Trenholm dan Arthur Jensen). Pada dasarnya prinsip-prinsip komunikasi pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi. Adapun prisip-prinsip komunikasi adalah sebagai berikut :
1.         Komunikasi adalah proses simbolik
Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Dan itulah yang membedakan manusia dengan mahluk yang lainnya. Lambang merupakan sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata  (pesan verbal), perilaku non verbal dan obyek yang maknanya disepakati bersama.
Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan obyek dapat juga dipresentasikan dengan icon dan indeks namun icon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Icon adalah suatu benda fisik  (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang di presentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan.[29] Misalnya patung Pengeran Diponegoro adalah Icon Pangeran diponegoro. Foto di KTP atau SIM kita adalah icon diri kita.
Berbeda dengan lambang dan icon, indeks adalah adalah tanda yang secara alamiah mempresentasikan obyek lainnya. Istila lain yang sering digunakan adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indeks muncul berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi.[30] Contoh mendung adalah indeks hujan yang akan turun. Wajah memerah adalah indeks malu atau marah-marah. Dan menguap adalah indek ngantuk, capek atau bosan.
Kemudian lambang memiliki beberapa sifat sebagai berikut :
a.    Lambang bersifat sembarang, manasuka, atau sewenang-wenang. Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan, tempat tinggal, jabatan (pekerjaan) olahraga, hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka, bunyi, waktu dan sebagainya. Semua itu bisa menjadi lambang.[31]
b.    Lambang pada dasarnya tidak memiliki makna ; kitalah yang memberi makna pada lambang. Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun ada seseorang yang mengatakan bahwa kata-kata mempunyai makna, yang ia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong  orang untuk memberi makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Dengan kata lain sebenarnya tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan referent (obyek yang dirujukinya). Anda dapat mengatakan bahwa anda tentara atau memakai baju tentara meskipun anda sejatinya bukan tentara.[32] Anda mengacungkan jempol kepada teman anda yang bermain sepak bola padahal sejatinya menurut anda permainannya buruk.
c.    Lambang itu bervariasi. Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya yang lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dan dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga makna yang diberikan kepada lambang tersebut. Kita hanya memerlukan kesepakatan mengenai suatu lambang. Misalnya kita (masyarakat indonesia) menyebut laki-laki dengan kata “laki-laki”, dan orang inggris dengan kata “male”. Kalau kita sepakat semua, kita bisa saja menamai benda berkaki empat yang biasa kita duduki dengan “meja” bukan “kursi”.[33] Namun makna yang diberikan kepada suatu lambang boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu, meskipun berubah dalam perjalanan waktu meskipun berjalan dengan lambat. Misalnya istilah lengser yang dulu punya makna mundurnya raja atau pejabat dari kedudukannya atau jabatannya, namun istilah ini mengalami pergeseran makna menjadi mundurnya pejabat karena dipaksa, didemo atau dihujat rakyat.
2.         Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi. Hal ini berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Sebab komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.[34] Misalnya cobalah meminta saudara anda untuk tidak berkomunikasi. Hal ini akan sulit dialakukan karena setiap gerak, aktivitas dan perilaku manusia berpotensi untuk ditafsirka, seperti kalau ia mengacungkan jempot berarti bagus, jika menganggukkan kepala berarti ya dan lain sebagainya.
3.         Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi ini menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.[35] Misalnya terdapat seorang istri mengucapkan “idih mas jelek banget” dengan nada menggoda mungkin sekali inijustru sebaliknya.
4.         Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika anda melamun sementara ada orang lain memperhatikan anda) hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari (ketika anda menyampaikan pidato). Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi, meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi komunikasi sebagai proses yang disengaja adalah menganggap komunikasi sebagai instrumen, seperti dalam persuasi.[36]
5.         Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial, dan psikologis.[37] Topik-topik yang tak lazim yang dipercakapkan di masjid ataupun tempat kerja menjadikan taopik tersebut tidak pantas untuk diperbincangkan.
6.         Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Ketika orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakerama. Artinya orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.[38] Misalnya kita tidak bisa mengucapkan “elu” kepada dosen komunikasi anda.
Prinsip ini mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku manusia, minimal secara parsial, dapat diramalkan. Kalau semua perilaku kita tidak dapat di prediksi maka segala kehidupan kita akan terkurung dalam kecemasan. Kita akan cemas ketika melihat orang yang tidak anda kenal duduk di samping anda, jangan-jangan orang tersebut akan merampas uang anda.
7.         Komunikasi bersifat sistemik
Setidaknya terdapat dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu : sistem Internal dan sistem eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, teman kerja dan sebagainya). Istilah-istilah lain yang identik dengan sistem internal ini adalah kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field of experience), struktur kognitif (cognitive structure), pola pikir (thinking patterns), keadaan internal (internal states), atau sikap (attitude).[39] Singkatnya sistem internal ini mengandung semua unsur yang membentuk individu yang unik, termasuk ciri kepribadiannya, intelegensinya, pendidikan, pengetahuan, agama, bahasa, motif, cita-cita dan lain sebagainya yang pada dasarnya tersembunyi. Kita hanya dapat mengetahuinya lewat perilaku yang ia tunjukkan.
Berbeda dengan sistem internal, sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan disekitarnya, penataan ruangan, cahaya dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini adalah stimuli publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi.[40]
8.         Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi).[41] Dalam kenyataannya tidak ada manusia yang sama persis. Meski mereka kembar dan dilahirkan oleh orang tua yang sama dan diasuh oleh keluarga yang sama. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, agama, suku, budaya, status sosial, tingkat pendidika, tingkat ekonomi dan lain-lain. Hal ini selanjutnya akan mendorong seseorang untuk tertarik kemudia turut berpartisi dalam komunikasi yang lebih efektif.
9.         Komunikasi bersifat nonsekuensial
Meskipun terdapat banyak model komunikasi linier atau satu arah, sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya (komunikasi tatap muka) bersifat dua arah.[42] Meskipun dosen ceramah untuk menjelaskan mata kuliah komunikasi sebenarnya hal itu adalah komunikasi dua arah sebab pendengan atau komunikan menanggapi atau feed back dengan bentuk komunikasi non verbal dengan anggukan misalnya atau menggelengkan kepala dan lain sebagainya.
Beberapa pakar menyepakati sifat sirkuler atau dua arah komunikasi ini. Hal ini ditandai dengan beberapa hal antara lain :
a.         Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara. Misalnya : komunikator A dengan Komunikator B, bukan pengirim dan penerima, bukan sumber dan sasaran. Namun mereka penerima dan dan pengirim pesan pada saat yang sama.
b.        Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua-arah) karena itu modelnya pun tidak lagi ditandai dengan suatu garis lurus bersifat linier (satu arah)
c.         Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik, karena pesan komunikator A sekaligus umpan balik bagi komunikator B. Dan sebaliknya umpan balik B sekaligus pesan B, begitu seterusnya.
d.        Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit, misalnya komunikasi antara dua orang juga sebenarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri (berpikir) sebagai mekanisme untuk menanggapi pihak lainnya.
10.     Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (continous).[43]Dalam proses komunikasi peserta komunikasi saling mempengaruhi baik melalui komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal.
Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah. Baik dengan sedikit demi sedikit, komulatif maupun secara tiba-tiba. Namun secara implisit komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyandian (encoding) dan penyandian balik (decoding). Kedua proses tersebut terjadi secara serempak bukan pergantian. Keserempakan inilah yang menjadi tanda komunikasi sebagai transaksi.
Jadi, komunikasi perspektif transaksional memberikan penekanan pada dua sifat peristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling mempengaruhi. Para pesertanya menjadi saling bergantung dan komunikasi mereka hanya dapa dianalisis berdasarkan konteks peristiwanya.[44]
11.     Komunikasi bersifat Irreversible
Suatu perilaku adalah suatu peristiwa oleh karena itu merupakan peristiwa, perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”.[45]
Sifat irresversible ini adalah adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah.[46] Prinsip ni seharusnya yang mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati jika berkomunikasi. Karena efek komunikasi tidak dapat ditiadakan sama sekalipun, walau beribu maaf telah disampaikan dan mungkin saja untuk dimaafkan. Namun bekasnya tidak akan pernah hilang. Misalnya jika anda datang dengan ekspresi wajah marah dan kecewa kemudian masuk warung kopi kemudian memaki-maki penjaga warung. Maka lantas penjaga tersebut akan sakit hati terhadap anda meskipun anda telah meminta maaf sebanyak mungkin namun perbuatan anda tidak akan pernah dihilangkan ataupu ditarik kembali.
12.     Komunikasi bukan panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Sebenarnya dalam kehidupan manusia banyak sekali konflik dan masalah yang itu disebabkan komunikasi. Namun komunikasi bukanlah panasea untuk menyelesaikan hal itu. Sebab terkadang terkadang konflik juga berkaitan dengan struktural. Supaya komunikasi menjadi efektif masalah struktural pun harus segera diselesaikan. Misalnya meskipun pemerinth berusaha sekuat tenaga untuk melakukan komunikasi yang baik terhadap masyarakat papua namun masih merampas hak dan kekayaan alam masyarakat maka konflik tidak akan pernah selesai.



[1] Mulyana. 2010. “Ilmu Komunikasi ; Suatu Pengantar”.  Bandung : PT Remaja Rosda Karya, hlm 46
[2]Ibid
[3] Effendy. 2000. “Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek”. Bandung : PT Remaja Rosda Karya, hlm 9
[4] Mulyana. Op.cit, hlm 76
[5] Mulyana. Op.cit, hlm 60-61
[6] Mulyana. Op.cit, hlm 62
[7]Simptom adalah gejala-gejala negatif yang terjadi dalam diri seseorang, kelompok, organisasi, atau entitas-entitas lainnya yang memerlukan solusi, sedangkan masalah adalah penyebab terjadinya simptom
[8] Mulyana. Op.cit, hlm 61
[9] Mulyana. Op.cit, hlm 63
[10] Mulyana. Op.cit, hlm 67
[11] Mulyana. Op.cit, hlm 72
[12] Effendy. Op. Cit, hlm 11
[13] Effendy. Op. Cit, hlm 71
[14] Mulyana. Op.cit, hlm 343
[15] Effendy. Op. Cit, hlm 71
[16] Effendy. Op. Cit, hlm 16
[17] Effendy. Op. Cit, hlm 18
[18] Robbins dan Barbara. 1995. “Komunikasi yang Efektif; Untuk Pemimpin, Pejabat dan Usahawan. Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya
[19]Ibid, hlm 10
[20]Mulyana. Op.cit, hlm 71
[21] Mulyana. Op.cit, hlm 5
[22] Mulyana. Op.cit, hlm 6
[23] Mulyana. Op.cit, hlm 11
[24] Mulyana. Op.cit, hlm 10
[25] Mulyana. Op.cit, hlm 14
[26] Mulyana. Op.cit, hlm 24
[27] Mulyana. Op.cit, hlm 30
[28] Mulyana. Op.cit, hlm 38
[29] Mulyana. Op.cit, hlm 92
[30] Mulyana. Op.cit, hlm 93
[31] Mulyana. Op.cit, hlm 94
[32] Mulyana. Op.cit, hlm 96
[33] Mulyana. Op.cit, hlm 104
[34] Mulyana. Op.cit, hlm 108
[35] Mulyana. Op.cit, hlm 108
[36] Mulyana. Op.cit, hlm 111
[37] Mulyana. Op.cit, hlm 114
[38] Mulyana. Op.cit, hlm 115
[39] Mulyana. Op.cit, hlm 116
[40] Mulyana. Op.cit, hlm 116
[41] Mulyana. Op.cit, hlm 117
[42] Mulyana. Op.cit, hlm 118
[43]Mulyana. Op.cit, hlm 120
[44] Mulyana. Op.cit, hlm 123
[45] Mulyana. Op.cit, hlm 123
[46]Mulyana. Op.cit, hlm 124
1 Komentar untuk "ILMU KOMUNIKASI (Pengantar) "

Borgata Hotel Casino & Spa Jobs, Employment | JTM Hub
Job TitleCompany LocationLocationFemale Manager of Borgata 동해 출장샵 Hotel Casino & SpaCasino Employee 광양 출장안마 Location3Door-age bar/lounge (door-age 남원 출장마사지 bar/lounge)2Farms Food Court Bar/Lounge (door-age 창원 출장마사지 bar/lounge)View 성남 출장안마 47 more rows

Back To Top