Ragukan bahwa bintang-bintang itu api
Ragukan bahwa matahari itu bergerak
Ragukan bahwa kebenaran itu dusta
Tapi jangan ragukan cintaku
(William Shakespiere, Hamlet, Babak II
Adegan 2)
Manusia memiliki
pengetahuan, hewan memiliki pengetahuan dan tumbuhan pun memiliki pengetahuan.
Kemudian apa yang membedakan? yang berbeda adalah pengetahuan manusia bersifat
dinamis sedangkan hewan dan lainnya bersifat statis. Sejak zaman purba hingga
sekarang sarang yang dibuat oleh burung manyar tetaplah seperti itu. Cara
bernafas ikan mujahir tetaplah dengan ingsang.
Namun manusia berbeda, pengetahuan
manusia bersifat dinamis. Manusia punya banyak cara untuk pergi ke surabaya,
manusia punya banyak cara untuk berpikir, manusia punya banyak cara untuk
memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Ini disebabkan manusia memiliki kemampuan
yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu rasio/ reason/ pikiran/ akal.
Sebab inilah kemudian Plato mendefinisikan manusia sebagai Human Reason (hewan
yang berpikir). Definisi ini bersifat substansional yang mengedepankan konsep
menggolongkan sesuatu dari kelompoknya.
Maka melalui berpikir
manusia bertanya dan meragukan tentang segala hal, baik yang ada (tuhan) maupun
yang mungkin ada (manusia dan Alam). Manusia dalam hidup selalu memikirkan
segala hal yang ada disekelilingnya. Menurut Francis Bacon (1561-1626) akal manusia
mempunyai tiga macam daya, yaitu : (1) ingatan (2) Imajinasi dan (3) pikiran.
Dengan pikiranlah manusia menanyakan tentang tuhan, menanyakan tentang alam
bahkan manusia tidak hanya mempertanyakan malah meragukan, bahkan meragukan
dirinya sendiri. Maka Rene’ Descartes (1596-1650) mengungkapkan “Cogito Ergo
Sum”, aku berpikir maka aku ada.
Maka dari sinilah lahirlah
filsafat melalui proses beraktifitas berpikir. Karena itu berfilsafat adalah
berpikir. Namun tidak semua aktifitas berpikir adalah filsafat, Sebab filsafat
menuntut untuk menggunakan modus operandi yang wajib digunakan dalam
bernalar dan berpikir.
A.
Makna
Pengetahuan, Filsafat, dan Ilmu
Pengetahuan
merupakan padanan kata dari bahasa Inggris yaitu knowledge yang memiliki
arti kepercayaan yang benar atau segala sesuatu yang diketahui. Pengetahuan
ialah khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut
memperkaya kehidupan manusia (Sumantri, 1999). Menurut Pudjawijadna (1983) Pengetahuan
adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui
persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang
terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu. Sedangkan menurut
Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini
setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Dari
deskripsi pengetahuan di atas, menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan segala
informasi yang masuk kepada kita melalui sumber-sumber pengetahuan yang manusia
miliki. Yang dimaksud dengan sumber pengetahuan manusia di sini ada 2, yaitu :
akal dan panca indera (Berbeda dengan filsafat barat pada umumnya, Filosof
Timur membagi sumber pengetahuan menjadi 3, yaitu akal, inderawi dan intuisi; sebab
bagi filosof barat intuisi merupakan salah satu bagian dari inderawi yaitu rasa).
Kedua sumber inilah yang memungkinkan manusia selalu memperoleh pengetahuan
kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun.
Sedangkan
filsafat, menurut sejarahnya, berasal dari istilah Philosophia yang
pertama kali dipergunakan oleh Phytagoras (6 SM) ketika diajukan pertanyaan
kepadanya, “apakah anda termasuk orang bijaksana ?” dengan rendah hati
Phytagoras menjawab “saya hanya Philosophos (pecinta kebijaksanaan)”. Atau
dalam sumber lain Phytagoras menjawab “saya hanya orang yang mencintai
pengetahuan”
Pada
aspek etimologi filsafat berasal dari bahasa Yunani “philo” yang berarti
“cinta” (live of) dan “sophia” yang berarti “kebijaksanaan” (wisdom).
Adapula yang memaknai filsafat dari paduan kata “philen” yang berarti
cinta dan “sophos” berarti kebajikan. Dari makna kedua terminologi ini
menunjukkan bahwa makna term filsafat adalah cinta kebijaksanaan.
Apa
yang dimaksud dengan cinta kebijaksanaan?. Cinta adalah usaha yang serius dalam
pemenuhan hasrat, sedangkan kebijaksanaan adalah kebenaran yang murni atau
kebenaran yang sesungguhnya. Cinta kebijaksanaan adalah usaha yang serius dalam
mencari kebenaran yang sesungguhnya untuk memenuhi hasrat manusia.
Sedangkan
dilihat dari aspek terminologi filsafat memiliki bermacam-macam pengertian, hal
ini disebabkan saking banyaknya tokoh dan para ahli yang berusaha
mendefinisikan filsafat. Meski bermacam-macam, tetapi sesungguhnya substansinya
sama. Berikut ini adalah beberapa definisi filsafat dari beberapa filosof dan
ahli filsafat : a) Menurut Aristoteles (382-322 SM) filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab
dari realitas yang ada; b) Rene’ Descartes (1596-1650) adalah himpunan dari
segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai tuhan, alam dan
manusia; c) William James (1842) filsafat adalah mempertanyakan tentang seluruh
kenyataan atau tentang hakikat, asas, prinsip dan kenyataan; d) Luis. O.
Kattsoff (2006) filsafat adalah suatu
analisis secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah,
dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandang yang menjadi
dasar suatu tindakan; e) Poedjawijatna (1974) filsafat adalah ilmu (tentang
segala sesuatu) yang menyelidiki keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya;
f) Sidi Gazalba (1992) filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu
yang dipersoalkan sebagai hasil dari berpikir secara radikal, sistematis dan
universal; g) Oxford Pocket Dictionary mengartikan filsafat sebagai use of
reason and argument in seeking truth and knowledge of reality, yaitu
penggunaan akal dan argumen dalam mencari kebenaran dan pengetahuan tentang
realitas.
Dari
rangkaian definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah
proses berpikir secara radikal dan sistematik untuk mencapai kebenaran
universal. Filsafat bertalian dengan kegiatan pemikiran yang dilakukan oleh
manusia dengan mengarahkan sasaran pemikirannya pada segala sesuatu yang ada
secara keseluruhan.
Sedangkan
ilmu dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah science yang berasal
dari bahasa yunani yaitu scio atau scire yang memiliki arti
pengetahuan. Science dilihat dari bahasa Latin “scientia”, yang berarti pengetahuan.
Ilmu adalah aktivitas yang sistematis yang membangun dan mengatur pengetahuan
dalam bentuk penjelasan dan prediksi tentang alam semesta. Menurut J. S.
Sumantri (1999) pengetahuan ialah pengetahuan yang kebenarannya dapat dibuktikan
secara empiris dan ilmiah. Sedangkan menurut The Liang Gie (1987)
mendefinisikan ilmu sebagai rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari
penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris
mengenai dunia ini dalam berbagai seginya dan keseluruhan pengetahuan
sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
ASPEK
|
FILSAFAT
|
ILMU
|
Pengertian
|
Usaha
berpikir sedalam-dalamnya tentang segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran
sejati
|
Pengetahuan
yang kebenarannya bisa dibuktikan secara empirik dan ilmiah
|
Tujuan
|
Memperoleh
kebenaran sejati
|
Menemukan
fakta-fakta empirik
|
Sifat
Kebenaran
|
Rasional
Spekulatif
|
Rasional
Empirik
|
Obyek
Kajian
|
Tuhan
(monoisme), manusia (antrophology), dan alam (cosmology)
|
manusia
(antrophology), dan alam (cosmology)
|
Sifat
Kajian
|
Logis
|
Positivistik
|
Sumber
|
Akal
|
akal
dan Panca Inderawi
|
B.
Filsafat Ilmu, Makna
dan Obyek Kajiannya
Dari berbagai deskripsi di
atas, menunjukkan bahwa filsafat ilmu ialah cabang dari filsafat yang mengkaji
tentang ilmu pengetahuan melalui sudut pandang ontologis, epistemologis dan
aksiologis.
Sedangkan obyek filsafat
ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu obyek material dan obyek formal. Pertama,
Obyek material, yaitu segala sesuatu yang menjadi masalah, segala sesuatu
yang dimasalahkan oleh filsafat ilmu. Yaitu meliputi semua pengetahuan manusia
serta yang ingin diketahui oleh manusia. Obyek material filsafat secara garis
besar yaitu: Tuhan (monoisme), Alam (kosmologi), dan Manusia (antropologi). Kedua,
Obyek Formal, yaitu usaha untuk mencari keterangan secara radikal dan
terang tentang obyek material filsafat. Obyek formal inilah yang membedakan
antara ilmu yang satu dengan yang lainnya. Misalnya filsafat ilmu bahasa,
filsafat ilmu agama dan lain sebagainya.
Adapun ciri berfilsafat ialah
rasional, radikal, sistematis, koherensi, komprehensif, world view (weltanschauung),
skeptis, metodis, dan kritis. Pertama, rasional berarti menjadikan akal
sebagai tumpuan untuk memahami segala sesuatu; kedua, radikal (radix)
berarti berpikir tentang segala hal secara mendalam sampai ke akar-akarnya.
Aktifitas berpikir radikal tidak hanya sampai pada fenomena tertentu saja namun
lebih pada sesuatu yang berada dibalik fenomena tersebut; ketiga, sistematis
artinya berpikir mengikuti suatu sistem tertentu yang runtut dan bertahap dan
tidak acak atau sembarangan; keempat, koherensi artinya bertalian atau
runtut, maksudnya ialah tidak adanya loncatan-loncatan, kekacauan-kekacauan,
dan tidak boleh ada pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan satu sama lain;
kelima, komprehensif, artinya menyeluruh, yaitu dalam berfilsafat harus
melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral dan
tidak dimaksudkan untuk golongan tertentu; Keenam, world view (Weltanschauung)
artinya pemikiran filsafat merupakan upaya untuk memahami semua realitas
kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia; Ketujuh, skeptis
artinya aktivitas pemikiran yang selalu mempertanyakan segala sesuatu,
meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah
ditipu; Kedelapan, metodis, terdapat metode atau cara untuk memperoleh
kebenaran; dan kesembilan, Kritis, yaitu berpikir secara terbuka
terhadap segala kemungkinan, dialektis, tidak membakukan dan membekukan
pikiran-pikiran yang ada, dan selalu hati-hati serta waspada terhadap berbagai
kemungkinan kebekuan pikiran. Atau dalam bahasa yang lebih mudah dipahami
adalah kritis berarti tidak mudah menerima sebuah kebenaran.
0 Komentar untuk "PENGANTAR FILSAFAT ILMU"